Dokumentasi Pra Santri
By Aliif Arief · 4 minutes
Sebelum tahun 2015 tak pernah terpikir dalam benakku untuk menjadi seorang santri, yang kupikirkan saat itu adalah aku harus belajar dengan serius agar mendapatkan NEM (Nilai hasil ujian Nasional) sebesar - besarnya agar aku dapat masuk ke SMP negeri favorit di daerah tempat tinggalku.
Latar Belakang
Sekitar quarter 3 tahun 2014 salah satu teman dekatku di bangku SD mengabarkan bahwa dia akan lanjut ke pondok pesantren saat lulus SD nanti lalu dia memberikan beberapa brosur pondok pesantren yang menjadi rencana tujuan dia melanjutkan sekolah nantinya.
Aku pun membaca brosur tersebut dan ada sebuah higlight kata-kata yang menurutku lumayan asing saat itu yaitu “Pondok Pesantren Modern”, kata-kata tersebut membuatku penasaran dan ketika pulang sekolah bercerita kepada orang tuaku tentang kata-kata tersebut. Orang tuaku pun akhirnya mencari tau tentang kata-kata tersebut dan akhirnya orang tuaku menemukan maksudnya dan memberitahukannya kepadaku.
Jadi Pondok Pesantren Modern adalah pondok pesantren yang tidak hanya belajar agama di dalamnya amun juga mengikuti perkembangan zaman dan teknologi selain itu juga kita sebagai santri akan diseimbangkan dari sisi pendidikan agama dan pendidikan umum, entah mengapa aku merasa tertarik dengan kata-kata tersebut dan akhirnya orangtuaku mengizinkanku untuk melanjutkan sekolah di pondok pesantren setelah itu kami beberapa kali mengunjungi pondok pesantren yang menjadi pilihan saat itu.
setelah beberapa kali survey akhirnya aku pun daftar ke sebuah pesantren yang ada di daerah perbatasan Bogor dan Sukabumi, setelah daftar ternyata teman SD ku pun ada yang daftar disitu juga bahkan jumlahnya ada 5 orang sehingga bersamaku menjadi ber-6, selain itu ada juga teman masa kecilku ketika masih balita yang juga daftar disitu.
Hari Test
Hari itu pagi setelah sholat subuh aku langsung diantar oleh orang tuaku ke pesantren yang menjadi pilihan, saat sampai dan memasuki gerbang pesantren aku pun lumayan agak kaget karena sangat ramai dan ketika mobil semakin masuk ke dalam aku memandangi dari jendela banyak anak berkacamata tali yang terlihat sepertinya mereka adalah anak - anak yang jenius dan sangat pintar, ditambah lagi mereka membawa buku - buku tebal yang terlihat semakin mengintimidasiku yang kesana hanya modal alat tulis seadanya saja.
Ketika aku terlihat mulai gelisah, orangtua ku pun menenangkanku dan mengajakku pergi ke bazaar dan membeli makanan disana, setelah makan aku pun ngobrol dengan orangtuaku sseperti biasa dan menunggu testnya mulai, setelah beberapa saat akhirnya test pun dimulai dan aku pun masuk ke dalam ruangan test.
Test dibagi 2 sesi yaitu baca tulis Quran dan test tulis, test baca tulis Quran dilakukan terlebih dahulu dan dihari yang berbeda dan yang dibahas ditulisan ini hanyalah test tulis.
Begitu soal test dibagikan aku pun langsung tersenyum dalam hati karena soal matemtika nya bahkan aku sudah sangat hafal dengan tipe soal, cara menyelesaikan, dan jawabannya, aku pun mulai mengerjakan soal tersebut dengan santai dan tenang, setelah selesai aku pun lanjut ke soal Bahasa Indonesia dan disinilah aku kaget karena belum pernah mengahadapi jenis soal seperti ini, namun dengan ketenangan dan naluri aka. ngasal aku dengan pd mengerjakan semuanya lalu memeriksa dan selesai lebih awal sehingga aku dapat bersantai sampai jam test selesai.
Pengumuman
Setelah beberapa hari (tidak menunggu) hari pengumumanpun tiba, aku saat itu pulang sholat subuh langsung membuka pengumumannya dan ternyata…
Aku diterima…
Tapi plotwist nya hanya aku tidak dengan 5 teman SD ku.
Saat itu sedikit senang karena dapat aku jadikan simpanan bilamana tidak mendapatkan SMP negeri favorit yang kuinginkan.
Keputusan
Setelah diterima ada rentang waktu sampai melakukan pembayaran pendaftaran ulang, saat itu orangtuaku menyerahkan pilihan 100% kepadaku untuk menerima ataupun menolaknya, karena memang biaya masuknya bisa dibilang lumayan besar aku pun berpikir lumayan lama namun pada suatu hari tiba - tiba rumahku pun kedatangan tamu yaitu orangtua sahabat SD ku namun bukan teman SD yang ikut test disitu.
Ternyata maksud kedatangannya adalah untuk bertanya apakah aku akan mengambil kursi di pesantren tersebut karena bila aku tidak ingin mengambilnya dia bermaksud untuk menggantinya dengan saudaranya yang juga ingin maksud pesantren tersebut.
Aku lumayan kaget “masa bisa begitu sih?” gumamku dalam hati, namun melihat bagaimana ramainya orang yang saat itu ikut test dan chance untuk diterimanya yang kecil bila dibandingkan dengan jumlah pendaftar dan effort orangtua sahabat SD yang sampai rela datang untuk melobi aku pun berpikir ini pesantren kayaknya pesantren favorit sepertinya karena itu aku pun alhamdulillah memutuskan untuk mengambil kesempatan yang aku miliki yaitu masuk ke pesantren tersebut sehingga orangtua teman sahabatku pun langsung pulang dengan tangan kosong.
Akhir
Karena aku mengambilnya seperti biasa melakukan pembayaran daftar ulang dan mengukur seragam sert berbagai keperluan lainnya lalu kembali pulang dan menunggu sampai tahun ajaran baru nanti dimulai, walaupun sudah mendapatkan SMP jiwaku untuk mendapatkan NEM yang besar masih ada, aku pun tidak tahu mengapa ambisi akademikku begitu tinggi saat di bangku sekolah Dasar.
----
✍️ at 20:24 on July 29, 2023